Home Gagasan Ilmiah Populer Belajar Bermakna

Belajar Bermakna

0
Belajar Bermakna
S. Hamid Hasan/UPI

Prof. S. Hamid Hasan, M.A., Ph.D.
Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, Ketua Tim Pengembang Kurikulum 2013

Suyanto.id–Ada dua pengertian “belajar bermakna” dalam khazanah pendidikan. Pertama, berdasarkan “teori keterhubungan” (related). Sesuatu itu baru dikatakan belajar bermakna apabila materi pelajaran baru terkait dengan materi yang sudah dipelajari. Teori ini sudah berlangsung lama dalam dunia pendidikan di Indonesia. Teori keterhubungan diwakili “teori apersepsi Herbart”. Selain Herbart, tokoh yang juga terkenal dalam teori ini adalah Piaget, berkenaan dengan asosiasi dan akomodasi materi pelajaran baru dalam skema yang sudah dimiliki peserta didik. Ausubel adalah tokoh lain yang terkenal dalam teori keterkaitan ini yang memperkenalkan “pengemas awal” (advanced organizer).

Apersepsi banyak dilakukan para guru di Indonesia. Dalam apersepsi, guru mempersiapkan pengetahuan, nilai, dan keterampilan berpikir yang sudah dipelajari peserta didik. Hal ini terkait dengan materi baru yang akan dipelajari pada suatu pertemuan. Pengetahuan, nilai, dan keterampilan berpikir tersebut tidak harus sesuatu yang baru dipelajari minggu sebelumnya, bisa juga sesuatu yang sudah dipelajari dan dikuasai beberapa minggu lampau.



Keterkaitan antara bahan yang sudah dipelajari dengan bahan baru merupakan kunci penting dalam apersepsi. Sebagai contoh, ketika guru akan mengajar mengenai harga, maka diperlukan landasan mengenai penawaran, permintaan, distribusi, dan modal. Pemahaman mengenai konsep-konsep ini mungkin sudah dipelajari beberapa minggu sebelumnya. Pemahaman tersebut menjadi bahan apersepsi untuk belajar mengenai harga.

Pengemas awal berbeda dengan apersepsi karena dalam pengemas awal, guru harus mengembangkan “jangkar” dari bahan baru. Jangkar atau organizer tersebut merupakan konsep-konsep utama atau tema dari materi baru yang akan dipelajari. Langkah awal adalah pemahaman siswa terhadap konsep yang dijadikan jangkar tadi. Konsep atau tema tadi menjadi penyambut untuk materi baru yang akan dipelajari. Setelah dipahami peserta didik, mereka melanjutkan mempelajari informasi yang tersedia untuk kemudian dikaitkan ke jangkar atau dalam contoh tadi konsep-konsep yang telah mereka pelajari. Dengan cara ini, maka materi yang dipelajari memiliki landasan yang mengaitkan satu informasi dengan informasi lain, seperti daun (informasi baru) dengan ranting dan dahan (organizer).   

Pengertian kedua mengatakan bahwa belajar bermakna terjadi apabila bahan yang dipelajari digunakan, baik untuk mempelajari materi baru maupun untuk memahami dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan kesehariannya. Teori ini dikembangkan oleh Marzano dan kawan-kawan, yang menggunakan istilah “pemanfaatan pengetahuan” (the use of knowledge).

Baca juga:   Tiga Cara Belajar Menurut Kurikulum 2013

Dengan menggunakan apa yang sudah dipelajari dalam kehidupan keseharian, peserta didik tidak akan lupa mengenai yang sudah dipelajarinya, menjadi apa yang disebut dengan “pengetahuan siap” (working knowledge). Pengetahuan siap memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menggunakannya menyelesaikan masalah/pertanyaan baru yang ditemukannya. Pemanfaatan pengetahuan tersebut membangun cara berpikir, sikap, kebiasaan, dan kompetensi yang menjadi bagian dari dirinya.

Dalam Kurikulum 2013, mempelajari KD-3 dapat menggunakan apersepsi ataupun advanced organizer. Mempelajari KD-4 adalah kegiatan belajar menggunakan KD-3 dan menerapkan teori kebermaknaan Marzano. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here