Home Komunikasi Bullying dalam Serial Drama Korea

Bullying dalam Serial Drama Korea

0
Bullying dalam Serial Drama Korea

Awanis Akalili S.I.P., M.A.
Dosen Ilmu Komunikasi FIS Universitas Negeri Yogyakarta

Suyanto.id–“Saya hanya bercanda kok, kan kita bertemanadalah kalimat yang mungkin sering terdengar di lingkungan sekitar kita. Tentu, bercanda sah-sah saja, tetapi tidak perlu berlebihan. Bercanda ialah ketika kedua belah pihak dapat saling tertawa bersama. Namun, jika memang bercanda, mengapa harus dengan menyakiti pihak-pihak yang dianggap lebih lemah?

Bullying dapat terjadi di mana, kapan, dan pada siapa saja. Mengutip pemikiran kriminolog Inggris, Farrington (dalam Rigby, 2007:15), bullying is repeated oppression, psychological or physical, of a less powerful person by a more powerful person (bullying ialah penindasan berulang kali, baik secara psikologis maupun fisik pada orang yang kurang kuat oleh orang yang lebih kuat). Bullying dapat terjadi antarsatu individu dengan individu lain, tetapi dalam banyak kondisi, bullying mengacu pada perilaku intimidasi yang sering dilakukan secara berkelompok/grup.




Bullying merupakan fenomena “penipuan” yang kompleks (Mishna, 2012). Ada banyak hal yang memicu terjadinya bullying, baik pelaku maupun korban, seperti kondisi sosial-kultural yang memicu orang melakukan penindasan, kondisi mental korban yang bisa saja terganggu karena intimidasi berlebihan dan masalah-masalah dalam konteks lain. Trauma masa lalu, lingkungan kurang baik, kurangnya kasih sayang, rasa ingin menindas pihak yang lemah hingga keinginan mendapatkan popularitas sebagai individu yang berkuasa sering menjadi alasan mengapa pelaku bully masih berkeliaran. Namun, apapun alasannya, bullying bukanlah tindakan terpuji yang pantas dilakukan oleh siapa pun itu.

Dalam tulisan ini, saya mencoba mengorelasikan isu bullying yang diwacanakan dalam serial drama Korea, berjudul Who Are You: School 2015 atau sering disingkat School 2015. Bagi pecinta produk budaya populer Korea, mungkin tak akan asing dengan serial drama yang pernah hits pada tahun 2015 ini (asianwiki.com). Serial drama tersebut dapat diakses di Youtube, melalui akun “KBS World Indonesia”.

Tak perlu khawatir, drama Korea tidak selalu bercerita tentang kehidupan cinta-mencintai, tetapi kehadirannya juga banyak membawa isu dan nilai-nilai budaya modern yang menarik untuk diulas, salah satunya bullying. Di serial drama Korea ini, Kim So-Hyun memerankan dua karakter sekaligus, yaitu Lee Eun-Bi dan Go Eun-Byul, sementara pemeran antagonis dimainkan oleh Jo Soo-Hyang (sebagai Kang So-Young). Dengan mengambil latar belakang lingkungan sekolah, bagaimana bullying dihadirkan dalam serial drama Korea ini?

Baca juga:   Apa Untungnya Mengusik Problematika Domestik Orang Lain?

Duduk bersimpuh bahkan terkesan menghamba di hadapan lawan bicaranya. Terdiam tidak melawan ketika dilempar telur-telur, guyuran tepung, hingga campuran cairan yang berbau tidak sedap. Keinginan untuk mengintimidasi, menghancurkan mental pihak yang lemah hingga melukai fisik. Para bullies ini hadir di lingkungan sekolah. Tersenyum dan tertawa terbahak-bahak di atas penderitaan orang lain. Dalam kutipan gambar di bawah, justifikasi “bermain” digunakan untuk pembenaran atas penindasan yang dilakukan. Bermain, katanya. Bukankah bermain ialah hal yang seharusnya menyenangkan?

Satu narasi menohok yang saya temukan dalam serial drama ini ialah “saat bermain, pihak yang satunya juga harus merasa senang”. Benar, ini bukanlah bagian dari lelucon yang patut untuk ditertawakan, melainkan kondisi serius yang perlu mendapatkan perhatian. Bercanda selalu memiliki batasan dan kekerasan tidak akan pernah menjadi sesuatu yang dibenarkan. Adapun dalam serial drama ini, bullying juga hadir dalam bahasa-bahasa yang memiliki kecenderungan untuk memojokkan satu pihak tertentu.

Who Are You: School 2015 mengemas isu bullying dengan sangat apik. Terlepas dari narasi romansa yang dihadirkan dalam serial drama Korea ini, kita dapat mengambil nilai-nilai mengenai bagaimana bullying dapat mengganggu mental seseorang.

Bullying tidak selalu berbentuk kekerasan fisik, tidak tertutup kemungkinan terucap pada bahasa-bahasa verbal. Sayangnya, lingkungan terkadang tidak sadar bahwa bullying tidak selalu dibuktikan dengan memarnya tubuh dan darah yang keluar dari hidung. Terkadang pula, para pelaku bully berlindung dalam justifikasi “jangan bawa perasaan deh, kan bercanda”. Mirisnya, orang-orang juga mulai lupa bahwa mungkin saja ada cerita-cerita kelam dan rasa trauma di balik sebuah senyuman di wajah. (*)

Bahan Bacaan

http://asianwiki.com/Who_Are_You:_School_2015.

Mishna, Faye. 2012. Bullying: a guide to research, intervention, and prevention. Oxford: Oxford University Press.

Rigby, Ken. 2007. Bullying in Schools: And what to do about it. Victoria: ACER Press.

Youtube Channel “KBS World Indonesia”.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here