Oleh Gus Nas Jogja
Ode buat Gus Nadjib
Langit di atas Krapyak berkaca-kaca
Mengabarkan kepergian ayat-ayat suci di senja itu kepada Sang Maha Cinta
Dalam derai doa dan duka yang berkejaran di cakrawala
Aku merasakan air mata malaikat Jibril meleleh di bola mataku
Inikah kematian seorang alim yang membuat semesta alam itu turut berduka?
Cahaya di langit Krapyak membelah dadaku
Senja di hari Senin itu menjelma lembayung berwarna ungu
Inikah janji setia yang pernah kubaca pada album biru di Lauhil Mahfudz itu?
Kepergian Sang Guru yang tak pernah berhenti mewakafkan ilmu dan bening rindu
Ada seberkas cahaya di langit Krapyak menerobos ke dalam jantungku
Menghantarkan karangan cinta bertabur doa ke dalam tilawah gugur bunga
Menghamparkan karpet merah bertabur bunga hingga di pintu surga
Tak kuasa kubendung banjir air mata ini seorang diri
Menyaksikan bola mata ribuan santri mengalirkan cucuran dzikir tak henti-henti
Mendaraskan gemuruh tadarus dalam selasar surga di keheningan hati
Entah sudah berapa senja mengirimkan cahaya pada bait-bait hidupku
Tapi senja di hari Senin itu hadir dengan cara berbeda
Kusaksikan tangan lembut Mbah Munawwir melambai
Kusaksikan tangan lembut Mbah Abdul Qodir juga melambai
Berkain kafan lembaran-lembaran cahaya
Dengan mengucap surat Al Fatihah di kedalaman palung jantung
Kuledakkan tangis takziah ini bersama gemuruh Surat Yasin di relung hati
Selamat jalan Sang Guru Sejati
Telah kauajarakan padaku hidup yang indah dengan silaturrahmi
Memuliakan sesama dengan tawadzu’ dan doa
Senin, 4 Januari 2021