
Gus Nas Jogja
Ada yang tak mungkin kulupa setiap Agustus tiba
Mencatat nestapa pada bangsa yang bertabur luka
Menziarahi kuburan kemerdekaan yang mati muda
Dengan memohon maaf pada para kesatria kemerdekaan yang gugur di medan laga
Kupekikkan kembali mantra proklamasi itu dengan hati terlunta
Agustus kembali tiba
Tapi rintih petani dan nelayan semakin tajam menyayat dada
Para pendidik dan pengajar telah kehabisan kata
Sebab korupsi dan narkoba telah merampok habis harta karun bangsa
Agustus selalu datang menampar mukaku
Mencuci merah putih dengan cucuran air mata
Mengibarkan sangsaka agar darah para pahlawan tak tumpah sia-sia
Tak jadi empedu yang meracuni kopi pahit jiwa yang lara
Tak cuma Bung Karno dan Bung Hatta yang kutaburi bunga
Tapi Diponegoro dan Tjut Nyak Dien juga kuziarahi dalam puisi ini
Sebab negeri yang telah melahirkan Ronggowarsito dan Raden Saleh ini adalah api abadi
Bukan cuma arang atau abu dalam jiwaku
Kubiarkan bambu runcing itu tetap menancap di tenggorokanku
Agar pekik kemerdekaan yang kuucap setajam sembilu
Menjelang 17 Agustus 2020