Gus Nas Jogja
Pohon-pohon tua itu menuliskan sejarahnya
Pada getah dan galih
Tentang rimba yang perih
Bermula sebutir benih
Ia tumbuh dan berserah
Saat kemarau ia tak mengucap risau
Kala hujan ia tak galau
Pohon-pohon tua itu begitu perkasa menempa takdirnya
Ia serap saripati bumi dengan akar-akarnya
Ia sedekahkan udara segar pada manusia
Ada simponi dan harmoni di hutan semesta
Ada cinta dan orkestra di rimba raya
Pohon-pohon tua itu hanya bisa memberi
Tak pernah meminta
Menjadi teladan tentang kebaikan hati
Ia tak pernah pamrih pada buah yang dihasilkannya
Saat angin berkesiur dan menjatuhkan daunnya
Pohon-pohon tua itu mengerti apa makna rahmat dan karunia
Lalu gergaji mesin itu datang dan membelah batang tubuhnya
Pohon-pohon tua itu hanya bisa menahan luka tanpa berkata-kata
Ia rebah ke tanah tanpa karangan bunga
Dan tanpa ucapan duka cita atau belasungkawa
Ia diseret-seret oleh tangan-tangan kasar dan bengis
Ia tinggalkan hutan sebagai rumah rimbanya
Hari ini aku persembahkan puisi ini
Dengan bait-bait tanya dan air mata
Kenapa akal manusia begitu tumpul dan gagal menumbuhkan kemanusiaannya?
Gus Nas Jogja, 23 Nov 2020