
Junaidin
Mahasiswa PPs Universitas Negeri Yogyakarta
Suyanto.id–Hingga hari ini, kehidupan dan kesejahteraan kita belum mampu menjamin cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, apalagi melampaui kesejahteraan negara-negara maju, bahkan, negara tetangga sekalipun, khususnya China, Singapura, dan Malaysia. Namun, jika dibandingkan dengan Indonesia di masa kemerdakaan dan/atau dua puluh tahun yang lalu, kita harus bersyukur yang setinggi-tingginya, bahwa kehidupan kebangsaan, khususnya kesejahteraan sudah sangat jauh lebih maju, bahkan melampaui harapan orang-orang yang umumnya masih pesimis terhadap masa depan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan selalu menjadi pilihan jalan terbaik dan fundamental untuk mewujudkan sila kelima tersebut, tentu dalam kapasitas sebagai manusia. Pendidikan yang disandarkan pada iman dan takwa serta berkualitaslah yang akan mengubah kehidupan menjadi semakin baik. Pendidikan berkualitas adalah pendidikan yang dikelola dengan baik dan benar, bersandar pada iman dan takwa, dan karakter yang kokoh lagi konsisten, serta diperankan oleh penyelenggara yang berintegritas. Pendidikan yang dijamin dengan baik akan menghasilkan manusia-manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan ini adalah kiblatnya operasional pendidikan di tanah air. Pendidikan yang maju adalah pendidikan yang konsisten memperjuangkan perwujudan tujuan pendidikan nasional tersebut.
Cita-cita akhir dari sila kelima Pancasila tersebut tidaklah mungkin dapat diwujudkan sendiri, melainkan harus dilaksanakan secara bersama, kolaboratif, dan penuh tanggungjawab. Seorang kepala sekolah tidak mungkin dapat mewujudkan keadilan sosial sendiri di lingkungan sekolah, meskpun memiliki sejumlah kewenangan yang memadai, melainkan harus menjadi cita-cita dan tanggungjawab bersama seluruh warga sekolah dalam mencapainya. Demikian halnya dengan pimpinan organisasi perangkat daerah terkait dengan urusan pendidikan, sangatlah tidak mugkin terwujud tanpa berkolaborasi. Kolaborasi dan tanggungjawab bersama merupakan kunci utama dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional kita. Oleh karan itu, mindset mewujudkan keadilan sosial dengan bergotong-royong dapat menjadi solusi utama.
Apapun cita-cita, jika tidak digerakkan secara sadar baik oleh individu maupun kelompok, maka harapan itu hanya akan menjadi dokumen perencanaan yang “mati”. Sebuah tujuan yang tidak terkelola dengan baik dan benar, hanya akan berjalan lambat lagi bias. Filosofi gerakan fokus memecahkan masalah dan mengerjakan sejumlah solusi menjadi fondasi terbaik dalam riwayat pengelolaan pendidikan masa kini dan masa depan. Selain itu, gerakan memajukan pendidikan di tanah air ini harus memperhatikan perkembangan teknologi di setiap sasaran tujuan pendidikan nasional, juga tuntutan keterampilan abad ke-21 yang kian dinamis dan digital.
Kesempatan memajukan pendidikan nasional selalu tersedia karena Tuhan selalu menganugerahkan sejumlah kenikmatan yang tak terhitung. Kesempatan itu kadang rutin dan tak terduga. Kemampuan merespons dan merefleksi diri menjadi alternatif strategis para pengelola pendidikan untuk berbuat yang terbaik dan membangun budaya mutu yang kokoh. Jika kita memahami filosofi utama dari keberhasilan negara-negara maju, mereka telah membudayakan kerja profesional disemua sudut tugas. Program Merdeka Belajar adalah salah satu upaya sadar dan terencana dalam memajukan pendidikan nasional.
Keterampilan Abad ke-21
Ledakan teknologi dan informasi telah berhasil mengubah kultur kerja dan budaya hidup manusia. Peristiwa ini akan berkelanjutan bersamaan dengan semakin berkembangnya kesadaran pentingnya literasi dan karakter serta kompetensi abad ke-21. Era Revolusi Industri 4.0 harus disambut dengan hati yang terbuka, adaptif, dan dikelola dengan bijak dalam rangka memartabatkan manusia hingga terwujudnya tujuan pendidikan nasional dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Meskipun bukanlah kebutuhan baru, atau baru dibutuhkan, keterampilan abad ke-21 yang beragam jenis akan berproses bersamaan dengan berprosesnya peserta didik yang belajar secara terus-menerus. Guru sebagai “kurikulum hidup” harus menjadi fasilitator utama dalam mengembangkan seluruh potensi peserta didik melalui kerangka kerja berbasis pedagogik digital nan bermoral.
Pentingnya Sarana IT
Keterampilan literasi informasi dan teknologi, literasi digital, dan literasi media tidak dapat menjadi bagian penting dalam aktivitas pendidikan dan pembelajaran, sepanjang sarana IT tidak tersedia dan/atau disediakan. Pemerintah melalui kolaborasi dengan berbagai kementerian dapat merancang pembangunan prasarana IT untuk daerah yang jauh dari kota tetapi padat. Selain itu, Pemerintah daerah juga dapat mengembangkan internet dan jaringannya untuk mendukung kegiatan kegiatan utama penjaminan mutu.
Ayo, berpikir reflektif, menguak alternatif, dan memperkaya perspektif. (*)