Gus Nas Jogja
Apa yang masih tersisa dari Jakarta
Ketika amarah tumpah dan api membara di jalan raya
Masih adakah yang merasa gagah dan merasa paling jumawa?
Jika revolusi begitu tega memakan anak-anaknya sendiri
Apakah demokrasi juga membuahkan kerakusan
Dan menyalakan api untuk menghanguskan budi pekerti?
Anarkisme mengaumkan hukum rimba
Mendesis bagai ular beludak
Mengisahkan kelam sebagai bangsa kaleng karatan
Yang tersisa di Ibukota hanya kebebalan
Manusia kelas rendah yang gagal merawat kewarasan
Ternyata rakyat dan wakilnya setali tiga uang
Memilih jalan instan dan menghalalkan segala agar cepat sampai tujuan
Omnibus Law cepat melaju
Seribu halaman undang-undang dikebut
Lalu diketok dan disahkan lewat jalan pintas dalam paripurna di Senayan
Adakah yang sungguh-sungguh bertanya
Kapankah para wakil rakyat itu bekerja
Lalu menghasilkan seribu halaman undang-undang?
Demokrasi yang dilecehkan
Hanya melahirkan anarki dalam kehidupan
Demokrasi yang dikebiri
Hanya menyalakan api
Dana Pilkada yang begitu tinggi hanya menghasilkan pemimpin basi
Halte demi halte tinggal menyisakan arang dan abu
Menjadi saksi bisu bagi kedangkalan nalar dan hati yang beku
Inikah buah pendidikan karakter yang berliku-liku itu?
Ataukah takdir sejarah yang kian blunder dan tak paham kemana bangsa ini menuju?
Aku malu pada rendahnya akhlak dan kewarasan
Lembaga agama macet
Lembaga pendidikan mampet
Dana besar pendidikan hanya menghasilkan makhluk rombengan
Fatwa-fatwa agama hanya membuahkan kaleng karatan
Wahai saudara satu merah putih
Wahai saudara satu Indonesia Raya
Marilah kita sudahi meludahi wajah sendiri
Catatan setelah Demo Omnibus Law,
Oktober 2020
mantul like.like