Oleh Gus Nas Jogja
Inilah mantra penjinak Badai Corona
Ditulis dalam bait-bait syariat bersayap sholawat
Dibaca dengan gemuruh cinta dalam gelombang makrifat
Diamini jutaan malaikat bermahkota hakikat
Badai Corona menghempaskan segalanya
Jarak semakin retak
Kebersamaan menjadi sesak
Manusia menjelma buih dan kian tak mampu menepuk dada untuk menyombongkan kekerdilannya
Kota-kota besar mengunci diri
Metropolitan dengan gemerlap pesta dan keramaian penuh foya-foya mendadak sepi
Bahkan tempat-tempat ibadah hanya menyisakan sunyi
Inikah isyarat kiamat ataukah penanda bahwa kemanusiaan sedang sekarat?
Tak ada kemacetan dan riuh klakson di sana-sini
Sifat manusia yang serba tergesa-gesa dan selalu menang sendiri kini jadi mati gaya
Seakan mati sebelum maut menghampiri
Dan peradaban kembali ke titik nol tanpa kita kehendaki
Tapi lihatlah rencana Tuhan dibalik wabah corona
Udara semakin jernih di cakrawala
Lubang ozon yang dulu menganga kini tertutup kembali
Bumi berseri tanpa polusi
Alam lestari tanpa minamata dan limbah mercuri
Badai Corona mengajak kita bicara dari hati ke hati
Tuhan seakan sedang ingin mengundang kita hanya berdua saja
Sebab menduakan Tuhan hanyalah sirik belaka
Belajarlah ilmu hikmah dan hidup berbaik sangka
Badai Corona adalah isyarat nyata tentang manusia yang melalaikan kemanusiaannya
Melampaui batas dan tumpul rasa pada ilmu ikhlas
Simaklah dengan seksama
Setelah terbiasa berkerumun dan bergunjing bersama
Sesudah terbiasa dengan selfie dan cium pipi kanan-kiri
Kini harus ada jarak dan jeda dengan belahan jiwa
Badai Corona memaksa kita untuk tega mengucilkan sesama
Bahkan batuk pun kita kutuk
Dan berjabat tangan menjadi semacam cela
Adakah yang ganjil dengan semua ini
Badai Corona meluluhlantakkan segalanya
Ketakutan dan kecemasan mengetuk pintu
Kematian melambaikan tangan seakan mengajak bertemu
Belajarlah pada sejarah dan akhir hidup manusia serakah
Belajarlah tentang tangan di atas dan ikhlas tanpa batas
Belajarlah menjaga diri dan keluarga dari bara panas api neraka
Belajarlah ilmu mawas diri dalam semadi dan indahnya mengheningkan cipta
Dalam pusaran badai corona ini ada pesan Tuhan yang sangat nyata
Badai Corona menegakkan layar-layar doa kita ke cakrawala
Membelah gelombang pandemi dengan seribu nyali
Sebab takut mati justru akan mengantarkan ajal sebelum maut menjemput kepada diri
Maka kembalilah pada akal sehat pada hidup sehat dan pada kemanusiaan yang bermartabat
Belajarlah memuliakan petani dan nelayan
Ajarkan cara berbagi agar rezeki menjadi bermakna ketika hidup dan seusai kita mati
Apalah artinya menumpuk harta dari hasil korupsi
Apalah artinya menjadikan perut sebagai tempat sampah dan sumber penyakit bagi diri sendiri
Badai Corona adalah Ratu Adil tentang bumi yang mati suri
Mari kita sudahi meludahi diri sendiri dengan kepongahan tanpa arti
Menyantap daging saudara sendiri dengan ghibah dan iri dengki
Mari kita sucikan semua akal pikiran dan gerak-gerik diri
Dengan hadirnya Cahaya Ramadlan maka semua akan terang-benderang hingga bermekaran wangi bunga Idul Fitri di relung hati
Jum’at Pon, 17 April 2020
Gus Nas Jogja atau H. M. Nasruddin Anshoriy adalah Pengasuh Padepokan Desa Kebangsaan Ilmu Giri, Imogiri