Home Pendidikan Membangun Integritas di Masa Pandemi Covid-19

Membangun Integritas di Masa Pandemi Covid-19

0
Membangun Integritas di Masa Pandemi Covid-19

Oleh Deny Setiawan W., S.E., M.Pd.
Pimpinan Pondok Pesantren Bidayatussalikin dan Kandidat Doktor Universitas Negeri Yogyakarta

Suyanto.id–Kita sama-sama berada dalam kondisi serangan wabah virus Corona atau sekarang lebih dikenal dengan Covid-19. Kita sama-sama menyaksikan korban berjatuhan, seluruh elemen masyarakat merasakan dampak yang memilukan–untuk memperhalus penggambarkan kata mengerikan.

Pandemi Covid-19 menjadi krisis global yang menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan anak harus belajar di rumah. Pengalihan peran dan kegiatan tak terelakkan, mulai bekerja dari rumah, belajar dari rumah, hingga beribadah di rumah. Ini bukan pilihan, melainkan keharusan yang membutuhkan ketaatan dan totalitas kita semua.

Dengan konsep belajar dari rumah, anak-anak tidak bertemu lagi dengan teman sekelas dan sepermainan. Bahkan, banyak terjadi, anak-anak tidak diizinkan keluar rumah sama sekali. Keadaan ini juga menyebabkan pergeseran fungsi pendidik dalam proses pembelajaran. Dampak yang terjadi tidak hanya dalam skala mikro, tetapi juga makro dengan konsekuensi yang tidak mudah disikapi begitu saja.

Kegiatan dan tugas yang diberikan pendidik melalui beberapa bentuk media di mana diharapkan adanya kerja sama dengan orang tua harus dapat menarik minat dan perhatian peserta didik. Guru harus mencermati, bagaimana proses pembelajaran menjadi menyenangkan, membangkitkan perhatian, dan membangkitkan keingintahuan (curiousity).

Kita tidak bisa berdiam diri, langkah harus diambil kalau kita tidak ingin luluh-lantak dihantam wabah. Setiap langkah yang diambil, sangat mungkin berdampak kepada konsep dan strategi yang sudah disusun rapi, bahkan bisa jadi menimbulkan pro atau kontra. Hal ini harus disikapi dengan arif, bijak, serta memerlukan terobosan dari insan-insan yang berpikiran cerdas.

Langkah yang diambil bisa jadi tidak mudah dan menimbulkan ketidaknyamanan. Akan tetapi, harus dilakukan karena penting bagi masa depan anak-anak. Mungkin anak tidak bisa mendapat pelajaran semaksimal jika dilakukan di sekolah, tetapi setelah krisis ini berlalu banyak keterampilan hidup yang bisa didapat anak sebagai bekal untuk melewati masalah atau kesulitan di masa yang akan depan. Apa yang dialami sekarang bisa menjadi pembelajaran yang datang dari penderitaan dan berbagai masalah. Sangat tidak mengenakkan, namun akan lebih baik jika dipandang sabagai kesempatan bagi anak-anak kita untuk belajar bahwa anak-anak memiliki kapasitas luar biasa dalam mengatasi kesulitan.

Berbagai keputusan dan kebijakan telah diambil, baik oleh pejabat struktural maupun fungsional. Disadari atau tidak, suka atau tidak, menguncang seluruh sendi kehidupan masyarakat termasuk dunia Pendidikan. Tiga pilar pendidikan (orang tua, guru, dan pemerintah) harus padu melangkah bersama menjalankan kebijakan dan berbagai kesepakatan yang diambil berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi masing-masing daerah yang tentu saja belum tentu sama.

Seiring dengan berjalannya proses belajar dari rumah, tanpa disadari kini muncul tantangan yang harus dihadapi bersama. Jika tidak ditangani dengan baik, akan menjadi bom waktu yang akan mencederai dunia pendidikan, yakni terkikisnya integritas.

Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi, dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat.

Istilah integritas jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena tidak semua orang mengetahui dan memahami artinya. Alasan kenapa istilah ini bisa digunakan dalam kehidupan keseharian karena berhubungan dengan sikap dan sifat yang melekat pada diri seseorang. Seseorang dianggap berintegritas ketika orang tersebut memiliki karakter dan kepribadian jujur dan bisa dipercaya, mempunyai komitmen, bertanggung jawab, menepati ucapannya, setia, menghargai waktu, dan mempunyai prinsip serta nilai-nilai hidup.

Bagaimana kaitan belajar jarak jauh dengan kemungkinan terkikisnya integritas?

Semua menyadari bahwa BDR yang saat ini berjalan bukan kondisi ideal. Banyak ditemui kendala, baik karena jaringan infrastruktur yang belum memadai, ketiadaan kepemilikan gawai, kekurangsiapan guru/pendidik menghadapi BDR, maupun skill guru dalam mempersiapakan, mengelola proses pembelajaran teritama pada level sekolah rendah memlahirkan deretan masalahbagi guru dan orang tua. Disparitas kemampuan akademik, ekonomi, sosial, dan budaya secara langsung maupun tidak mempengruhi kualitas hasil proses pembelajaran.

Orang tua tidak ingin hasil belajar anaknya buruk, orang tua tidak mau nilai anaknya rendah, orang tua tidak ingin anaknya terbengkalai dan tugas anaknya tidak selesai tepat waktu atau segudang alasan lain yang mempengaruhi hasil belajar. Inilah awal terkikisnya integritas orang tua dan juga mungkin putra-putrinya, di mana orang tua secara vulgar memberikan kunci jawaban atau mencarikan pembimbing yang mampu membantu menyelesaikan tugas putra putrinya. Padahal, semestinya fungsi orang tua terbatas mitra belajar atau memfasilitasi proses belajar.

Kelihatannya sederhana, namun dari sinilah secara perlahan tapi pasti, lahir sikap tidak jujur, tidak mandiri, menipu, tidak memiliki komtmen, hilang rasa tanggung jawab, tidak menghargai waktu serta ausnya akan prinsip dan sikap hidup. Inilah yang harus selalu digemakan kepada orang tua. Masalah ini harus secara bersama-sama dijadikan bahan diskusi dan mencari solusi agar jangan sampai itu terjadi.

Dinamika yang terjadi dalam pelaksanaan interaksi antar stakeholders pendidikan diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran bersama untuk tetap mengedepankan layanan prima pendidikan untuk mencetak generasi masa depan dan membekali anak-anak bangsa. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here