
Abdul Aziz Saefudin
Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta, Anggota ICMI Bantul Bidang Pendidikan, dan Kandidat Doktor Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Suyanto.id–Dalam suatu perbincangan yang hangat, beberapa teman berbicara mengenai kualitas lulusan yang dihasilkan dari proses pendidikan di masa pandemi Covid-19 saat ini. Istilahnya, jamak dikatakan sebagai “lulusan Corona”, yakni peserta didik yang lulus melewati proses pendidikan di masa pandemi. Diskusi ini cukup menarik, karena kita tahu, bulan Juni ini banyak institusi pendidikan (sekolah dasar dan menengah) yang telah mengumumkan hasil pencapaian anak didiknya. Beberapa perguruan tinggi juga sudah melakukan prosesi wisuda untuk lulusannya. Mereka pun berbangga atas segala pencapaian yang diraih oleh anak didiknya di masa pandemi ini. Pertanyaannya, apakah pencapaian prestasi yang diperoleh menunjukkan kualitas peserta didik atau lulusan yang sesungguhnya?
Kembali ke diskusi tersebut, seorang kawan lantas berkelakar, bahwa kualitas lulusan “Corona” ibarat buah yang penampakkannya sudah masak, tetapi kalau dirasakan sebenarnya belum masak meskipun sudah dipetik dan dijual. Kata orang Jawa bilang, buah demikian itu dikatakan masih “mengkal” atau “mogol”, tidak matang tetapi juga tidak mentah. Artinya, secara tidak langsung, mereka meragukan kualitas lulusan pendidikan di masa pendemi ini. Hal itu sama saja mengatakan bahwa mereka meragukan proses yang dilakukan para pendidik untuk menghasilkan anak didik yang berkualitas di masa pagebluk seperti sekarang.
Lantas, bagamana tanggapan saya? Meskipun juga seorang pendidik, saya tidak menanggapinya secara reaktif. Justru hal ini bisa menjadi bahan refleksi yang konstruktif untuk saya pribadi, termasuk seharusnya juga kita semua para pendidik.
Kualitas Lulusan
Jika kita mau jujur, ada dua pendapat yang bisa ditanggapi terkait masalah tersebut. Pertama, kualitas lulusan pendidikan di masa pandemi tidak jauh berbeda dengan masa sebelum pandemi, bahkan bisa lebih baik. Kedua, kualitas lulusan pendidikan di masa pandemi tidak lebih baik dengan masa sebelum pandemi, bahkan bisa lebih buruk. Atau dapat dikatakan, bahwa kualitas lulusan pendidikan di masa pandemi menurun dibandingkan sebelum pandemi.
Untuk berpendapat demikian, tentu harus mempunyai dasar yang kuat. Paling tidak didasari dari hasil penelitian yang akurat. Melihat hal ini, sepertinya belum ada penelitian yang membandingkan kualitas lulusan sebelum pandemi dan selama pandemi. Namun, beberapa penelitian yang menggambarkan tentang gambaran problematika pembelajaran di masa pandemi, kondisi psikologis orang tua dan peserta didik di masa pandemi, strategi pembelajaran yang tepat di masa pandemi, dan ulasan pandangan tokoh pendidikan di masa pandemi banyak dipublikasikan. Sebagian besar menyatakan, bahwa pandemi menjadikan kualitas pendidikan menjadi menurun.
Berkenaan dengan kondisi psikologis masyarakat Indonesia di masa pandemi, Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) dan Ikatan Alumni Universitas Airlangga Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat (IKA FKM UA) pada bulan Juni 2021 merilis hasil survei kecemasan lulusan SMA dan perguruan tinggi (PT). Hasilnya menunjukkan bahwa 77,8% lulusan SMA dan 71,1% lulusan PT dari 8031 responden mengalami kecemasan selama pandemi (persakmi.or.id). Kecemasan ini mengacu pada kecemasan akibat dari dampak pandemi terhadap kehidupan mereka. Hasil survei ini mengindikasikan bahwa lulusan pendidikan tidak siap menghadapi dampak pandemi. Dengan keadaan tersebut, sebenarnya menjadi alarm atas proses pendidikan yang terjadi di masa pandemi ini.
Jaminan Kualitas Lulusan
Realitas menunjukkan bahwa pandemi mengubah proses pembelajaran menjadi lebih banyak melalui media virtual. Rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang sedianya mulai Juli tahun ini sepertinya tak pelak bisa jadi akan ditangguhkan. Mengingat, kasus positif yang terinfeksi Covid-19 trendnya semakin meningkat. Karenanya, pembelajaran dalam jaringan (daring) menjadi solusi yang sangat logis. Meskipun, sekolah juga mempunyai alternatif untuk melaksanakan pembelajaran luring secara terbatas dan dilakukan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Maka dari itu, agar lulusan pendidikan di masa pandemi tetap berkualitas, paling tidak proses pendidikan yang dilakukan juga harus berkualitas. Proses pendidikan yang berkualitas, tentu harus dibarengi dengan proses pembelajaran yang berkualitas sehingga melahirkan peserta didik yang berkualitas. Paling tidak ada empat faktor yang dapat dilakukan agar proses pendidikan di masa pandemi berkualitas, khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Empat faktor tersebut meliputi guru yang berkualitas, desain pembelajaran yang berkualitas, umpan balik konstruktif atas tugas yang diberikan, dan pemenuhan harapan peserta didik (Gopal et. al, 2021).
Pertama, guru yang berkualitas. Kita tahu faktor ini masih menjadi problematika yang sangat pelik bagi dunia pendidikan nasional. Kualitas guru kita secara nasional masih perlu ditingkatkan. Dari beberapa hasil survei, guru masih lemah dalam menguasai kompetensi pedagogik dan profesional sesuai bidang yang diajarkan di masa pandemi seperti sekarang. Oleh sebab itu, kualitas guru kita harus menjadi prioritas untuk terus ditingkatkan kompetensinya.
Kedua, desain pembelajaran yang berkualitas. Proses pembelajaran daring memaksa guru untuk mengembangkan pembelajaran dengan menekankan pada platform digital. Tentu hal ini berbeda jauh dengan desain pembelajaran yang biasa dilakukan dengan tatap muka. Pembelajaran dengan menggunakan platform digital mendorong guru untuk mengembangkan desain pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Terkait hal ini, problematika juga muncul. Sebagian guru mau belajar memfasilitasi siswanya untuk belajar lebih baik melalui platform digital. Namun, sebagian guru yang lain sepertinya kurang maksimal dalam memfasilitasi siswa untuk belajar dengan platform tersebut. Tidak hanya mindset guru untuk mau belajar, fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang memadai juga perlu diperhatikan, terutama koneksi internet yang stabil dan fasilitas lainnya.
Ketiga, umpan balik konstruktif atas tugas yang diberikan. Salah satu hal yang amat penting dalam pembelajaran adalah memberikan umpan balik konstruktif atas tugas yang diberikan guru kepada peserta didik. Tidak jarang, menurut pengamatan penulis, guru hanya memberikan tugas secara rutin melalui WAG (WhattsApp group), Google Classroom, atau platform lainnya. Umpan balik tugas yang konstruktif dan memberikan pencerahan begitu kurang diperhatikan. Padahal, umpan balik merupakan proses yang penting untuk meningkatkan kualitas pengetahuan yang dimiliki peserta didik.
Keempat, pemenuhan harapan peserta didik. Pembelajaran daring tentu mengubah mindset guru agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Karenanya, guru perlu memberikan lingkungan belajar (learning environment) yang kondusif dan nyaman bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang. Harapannya, hard skills dan soft skills peserta didik dapat berkembang secara optimal dan seimbang.
Paling tidak keempat faktor ini akan berpengaruh terhadap kepuasan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran daring. Alhasil, prestasi belajar peserta didik juga meningkat. Hal ini terjadi karena proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Dengan demikian, pandemi Covid-19 tidak menjadi halangan untuk menghasilkan lulusan pendidikan yang berkualitas.
Optimisme
Lantas, bagaimana dengan lulusan pendidikan nasional kita di masa pandemi ini? Mengamati faktor-faktor yang dipaparkan tersebut, nampak sepertinya belum seluruhnya proses pendidikan di Indonesia melahirkan lulusan yang berkualitas. Meski begitu, hal ini bukanlah ungkapan pesimitis penulis. Alasannya, problematika pendidikan nasional kita sangat banyak. Saya sangat yakin dan optimis, bahwa pendidik kita berjuang dan berusaha maksimal untuk mewujudkan anak didik kita menjadi lulusan yang berkualitas dalam proses pendidikan, baik sebelum pandemi, selama pandemi, maupun setelah pandemi nanti. Kita berharap “lulusan Corona” tetap berkualitas. Kita juga berdoa agar pandemi segera berakhir sehingga anak didik kita dapat belajar dengan kondusif kembali. Semoga. (*)