Oleh Alistyono Pramuhadi
Guru Bahasa Inggris MTsN 4 Gunungkidul dan MUHI English Club SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Suyanto.id–Pak Endro tergopoh-gopoh, dengan sarung membalut tubuhnya berlari ke rumah Bu Yanti yang tidak jauh dari rumahnya.
”Bu Yanti, Bu Yanti…,” panggil Pak Endro dengan suara keras.
Seketika itu Bu Yanti bingung mengapa Pak Endro dengan keras memanggilnya.
“Bu, tahu nggak tetangga kita, Pak Sukro sekarang kena Covid-19…,” kata Pak Endro.
Dengan masih agak kesel karena teriakannya, Bu Yanti agak cuek menanggapinya, “Woalah, Pak Endro… Pak Endro… gitu aja heboh banget, kayak kena bom,” sahut Bu Yanti.
“Biarin to, Pak Sukro kena Covid. Dulu pas Pak Heru kena Covid, kan Bu Sukro yang koar-koar di mana-mana dan sangat kepo terhadap keluarga Pak Heru. Mbok biarin, sekarang rasakan sendiri suaminya kena Covid,” tambah Bu Yanti gemas.
Keluarga Pak Heru ketika terpapar Covid memang sedikit tidak terbuka kepada lingkungan. Jelas-jelas terpapar, tetapi masih menutup-nutupi. Entah karena apa ia sampai sebegitunya.
Virus yang sekarang lagi mengganas, namun masih ada orang yang tidak mengakui kalau dirinya terpapar. Inilah yang membuat lingkungan sekitar menjadi heboh-sehebohnya. Banyak warga yang paranoid (atau istilah anak muda parno). Ke-parno-an mereka itu masuk akal karena mereka tidak mau tertular oleh virus yang semakin menggila di muka bumi ini.
Tapi, entah tidak tahu, tim satgas kali ini tidak begitu gempar, segempar ketika Pak Heru terpapar virus itu.
”Apa yang marakke heboh dulu, yang terpapar sekarang, apa ya?” batin Bu Yanti. Hal ini kemudian diungkapkannya ke Pak Sarno sebagai corong informasi satgas Covid-19 di deaerahnya.
“Entah, ya Bu, kita sekarang kok nggak seheboh dulu. Apa benar dulu biang kehebohan itu orang yang terpapar sekarang ini?” ungkap Pak Sarno.
Berbeda dengan Pak Heru, Pak Sukro ternyata sangat kooperatif, sehingga masyarakat mengerti perkembangan kesehatannya. Pak Sukro selalu menginformasikan keadaan dan kondisi tubuh diri dan keluarganya, termasuk ketika melakukan tes swab.
Masyarakat pun dapat mengambil pelajaran dari kedua keluarga yang terpapar ini. Masyarakat menganggapnya sebagai qadarullah, sudah diatur oleh Allah. Mereka pun menyadari, ada banyak hikmah yang bisa diambil dari peristiwa tersebut. (*)