Dr. Ratna Candra Sari dan Prof. Suyanto, Ph.D.
Mental Accounting adalah operasi kognitif yang digunakan oleh individu untuk mencatat, mengelompokkan, dan mengevaluasi aktivitas keuangannya. Untuk memudahkan memahaminya, kita dapat menghubungkan dengan akuntansi pada perusahaan. Akuntansi merupakan sistem pencatatan, pengelompokan, dan pelaporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Dalam perusahaan, setiap transaksi keuangan dicatat, dikelompokkan ke dalam akun-akun tertentu misalnya akun aset lancar/tidak lancar, liabilitas lancar/tidak lancar, penghasilan dari aktivitas operasi, penghasilan luar biasa, dan sebagainya. Seperti halnya dalam akuntansi perusahaan, individu juga melakukan hal yang sama. Individu mempunyai kecenderungan untuk mengelompokkan uang mereka ke dalam berbagai kriteria tertentu, misalnya uang dari penghasilan rutin, uang dari bonus, uang hadiah, uang laki-laki dan sebagainya. Pengelompokkan seperti itu mempunyai probabilitas menyebabkan keputusan dan perilaku belanja yang irasional
Uang Bonus
Mental Accounting menyebabkan keputusan keuangan yang irasional, mengapa begitu? Pertama, terdapat kecenderungan seseorang merasakan dan mengelompokkann secara berbeda uang dari hasil penghasilan rutin dan uang dari hasil bonus atau hadiah. Uang gaji rutin diperoleh dari hasil kerja keras, sehingga lebih berhati-hati dalam penggunaannya dibanding uang bonus atau hadiah. Kedua, seseorang mempunyai kecenderungan memperlakukan uang secara berbeda tergantung dari mana sumbernya. Dengan menggunakan uang bonus, seseorang akan lebih mudah dan tidak merasa berdosa membeli barang-barang hedonis atau barang mewah yaitu barang yang diinginkannya yang membuatnya merasa senang dan nikmat dibanding membeli barang utilitarian atau barang yang dibutuhkan. Ketika menerima bonus atau hadiah, seorang cenderung menggunakannya untuk membeli barang-barang yang belum pernah dibeli dengan penghasilan rutin, yaitu barang-barang yang diinginkan tetapi belum pernah mempunyai kemampuan untuk memilikinya. Ketiga, frekuensi evaluasi pengguanan keuangan. Pengeluaran rutin dari gaji bulanan akan dievaluasi setiap bulan, sehingga lebih terkontrol dibanding bonus, THR yang kita terima setahun sekali atau periode tidak rutin.
Mencuri uang sendiri
Tahun ini 4,5 juta PNS konon akan menerima Gaji ke-13 dan ke-14 yang menghabiskan anggaran negara 80 trilliun. Jika tidak berhati-hati, penerima akan terkena mental accounting. Mengapa? Karena terdapat kecenderungan kita untuk mengelompokkan Gaji 13 -14 sebagai penghasilan ektraordinary/tak terduga. Terlebih gaji ke-14 yang baru kali ini diterima, sehingga si penerima akan menggunakan secara irasional misalnya untuk memborong barang-barang di mall, memburu diskon lebaran, membeli motor baru, gadget baru dan sebagainya. Seperti halnya ketika kita masih kecil, saat menerima hadiah ulang tahun atau angpao lebaran, kita akan lebih mudah tergoda dan tidak merasa menyesal untuk membelanjakannya pada hal-hal kurang menjadi prioritas kebutuhan, misanya sepatu roda, boneka baru, mercon, mainan baru dan sebagainya.
Bonus, THR, Gaji ke 13-14, merupakan uang hadiah versi orang dewasa, yang dirasakan berbeda dengan penghasilan runtin. Maka tidak mengherankan jika, beberapa pegawai yang terkena mental accounting akan membelanjakan bonus mereka pada hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan dengan gaji rutin mereka tanpa merasa bersalah dan terbesas dari kritikan orang lain. Meskipun seseorang terindikasi terkena mental accounting, tetapi kadang mereka tidak menyadarinya.
Bagaimana ciri-ciri seorang terkena mental accounting? Beberapa ciri orang yang terkena mental accounting antara lain: ia tidak merasa overspending dan boros, tetapi juga tidak mempunyai tabungan; berbelanja lebih mudah menggunakan kartu debit/kartu kredit/emoney/ebanking dibanding dengan cash; membelanjakan uang bonus untuk membeli barang keinginan atau memborong diskon dibanding ditabung; suka memburu diskon tetapi masih punya kredit belum terbayar.
Lalu bagaimana menghindarinya? Lakukan agregasi, hilangkan pengelompokkan dari mana uang berasal, karena uang adalah sepadan, terlepas dari asal-usulnya atau penggunaan yang dimaksudkan, semua uang sama. Kita dapat mengurangi pengeluaran sembrono pada uang bonus atau hadiah. Selain menimbulkan masalah, sebenanrnya kita dapat memanfaatkan mental accounting untuk keuntungan kita misalnya mengalokasikan uang untuk pos-pos tabungan, investasi dan/atau berbagi dengan sesama. Semoga penerima gaji 13 dan 14 dapat memanfaatkannya dengan baik, tidak mencuri uang sendiri, untuk keperluan yang hedonis.
Dr. Ratna Candra Sari dan Prof. Suyanto, Ph.D., Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, Pendiri Generasi Cerdas Keuangan. Tulisan ini terbit pertama di Harian Kedaulatan Rakyat 29 Juni 2016.