Prof. Suyanto, Ph.D.
(Guru Besar FE Universitas NegeriYogyakarta, Alumnus Boston dan Michigan State University)
Dalam dua minggu ini perguruan tinggi, terutama peguruan tinggi negeri, sedang atau akan melakukan OPSPEK (Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus). Nama kegiatan itu kelihatan menarik, mendidik, dan visioner. Akan tetapi, dalam sejarah perkembangannya, OPSPEK pernah melewati masa-masa kelam dan bahkan menjadi caci maki banyak fihak karena program sejenis OPSPEK itu dilaksanakan dalam suasana kebatinan yang tidak mendidik, penuh emosi, dan didominasi nilai-nilai feodalisme yang membabi buta, sehingga sangat bertentangan dengan tujuan kurikulum perguruan tinggi itu sendiri.
Itulah OPSPEK di era tahun 70-an. Pada saat itu peran senior maha penting untuk “menggarap” para yunior, mahasiswa baru. Oleh karena itu, atribut Cama dan Cami diberikan mahasiswa pria dan wanita, alias calon mahsiswa dan calon mahasiswa. Di antara mereka dinobatkan adanya Jendral dan Jendril dengan kriteria, pakaian, dan prosedur yang tidak mendidik. Setiap hari para mahasiswa peserta OPSPEK zaman dulu selalu dibuat frustrasi karena diperintah oleh panitia, yang semuanya mahsiswa senior, dengan melakukan kegiatan yang tidak logis dan tidak mendidik, seperti bawa koran terbitan hari tertentu, bawa nyamuk hidup, bawa botol, rambut harus dikuncir banyak dengan diikat pita beraneka warna, pakai seragam dan atribut yang lucu-lucu aneh, berjalan mundur sambil menuntun sepeda, dan sebagainya.
Dari kegiatan OPSPEK zaman dulu itu bahkan sampai jatuh korban calon mahasiswa baru meninggal dunia. Dalam perjalanan waktu, kemudian nama OPSPEK zaman dulu itu berganti ganti sejak dari Masa Perploncoan, Mapram, Osma, Ospek, yang sampai saat ini OPSPEK. Dari perkembangan nama kegiatan itu menunjukkan adanya pembaharuan program yang semakin baik dan semakin mendidik.
Pertanayaannya sekarang, apa relevansinya OPSPEK di era global seperti sat sekarang? Tentu saja perguruan tinggi harus meninggalkan praktek OPSPEK masa lalu yang jelas-jelas tidak mendidik. Bahkan program OPSPEK masa lalu pernah menjadi musuh bersama dari stakeholder perguruan tinggi. Di era global ini mahasiswa kita harus dipersiapkan untuk tidak gagap teknologi, menguasai ilmu pengetahuan, memiliki karakter yang tangguh sehingga akhirnya setelah lulus dari perguruan tingi para mahasiswa baru yang sedang mengikuti OPSPEK era global ini benar-benar menjadi intelektual bangsa yang memiliki unggulan komparatif dan unggulan kompetitif. Oleh karena itu program OPSPEK harus dan perlu diarahkan untuk menjadi pintu masuk awal bagi para mahasiswa baru dalam mengembangkan kemampuan dan potensi olah pikir, olah hati, olah rasa dan olah raga. Kalau hal itu yang ingin dicapai, maka kegiatan yang tidak mendidik tidak boleh dilakukan lagi. Sebalikya program OPSPEK perlu menanamkan virus keingintahuan pada semua mahasiswa baru. Inti dari penguasaan ilmu pengetahuan oleh seseorang ialah jika orang itu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap fenomena di sekelilingnya. Untuk bisa begitu, kegiatan OPSPEK saat ini perlu memberikan bekal yang inspiratif, bukan traumatik, bagi mahasiswa baru. Bekal itu bisa dikemas ke dalam pengenalan infrastruktur kampus sejak bagaimana cara menafaatkan perpustakaan, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), sampai pada berbagai sarana penunjung kegiatan ekstrakurikuler seperti berbagai unit kegiatan mahasiswa, orgnisasi intrakampus, dan sebagainya. Dalam era global kecepatan untuk melakukan berbagai aktivitas yang berbasis pada kreativitas dan inovasi sangat penting untuk dikuasai oleh para mahasiswa. Kreativitas dan inovasi hanya bisa dilakukan manakala mahasiswa memiliki ilmu pengetahuan yang kuat disertai oleh motivasi berprestasi yang tinggi.
Agar inovasi dan kreativitas para mahasiswa itu memiliki daya guna bagi masyarakatnya,mahasiswa sejak awal juga perlu diperkenalkan dengan tatakrama pergaulan yang berkarakter. Artinya para mahasiswa perlu di bekali nilai-nilai terpuji yang harus dimiliki dalam statusnya sebagi pencari ilmu dan pengetahuan di kampus masing-masing. Oleh karena itu, model OPSPEK yang mengarah pada perploncoan sudah tidak jamannya lagi untuk diterapkan saat ini. Semua kegiatan OPSPEK dengan demikian harus dikemas sedemikian rupa supaya bermuatan nilai edukasi, karakter yang terpuji, sehingga mahasiswa akhirnya secara akademik memiliki kemampuan belajar yang semakin mandiri. Semoga begitu.
Tulisan ini terbit pertama di Harian Kedaulatan Rakyat 21 Agustus 2013.