
Gus Nas Jogja
Menatap luka pada papan catur tua ini
Membuat pandanganku terselip kelilip bara api
Di bola mata
Bara api yang menjadikan trahing kusuma penuh jelaga
Bara api yang menjadikan rembesing madu hanya kelam adanya
Papan catur tua Kraton Surakarta mencatat lara di sekujur syairku
Bidak-bidak kecil porak-poranda
Menteri dan kuda tak jelas tingkah lakunya
Inikah senjakala di bumi Ranggawarsita itu?
Ketika Regol Kamandungan digembok
Dan Raja semakin gering di singgasana?
Pada papan catur tua kerajaan tua ini
Semua langkah menjadi serba salah
Sebab tak ada titah dan sembah
Sejarah tertunduk malu menuliskan dirinya sendiri
Eling lan Waspada hanya hiasan bibir dan tanpa arti
Masih adakah berkah bagi tahta yang gundah?
Masih adakah cinta bagi hati yang dijarah nafsu serakah?
Di Alun-Alun Surakarta
Di depan Sitihinggil Kraton tua ini
Kugelar jutaan lembar tikar istighfarku
Dengan tikar dan istighfar akan kujaga marwah leluhurku
Kepada para hantu blau di segala penjuru
Aku berseru!
Menyingkirlah dari papan catur tua Kraton Surakarta yang ada di hadapanku!
10 September 2020