Home Seminar Seminar Regional Perlu Tes Masuk untuk Penerimaan Siswa Baru

Perlu Tes Masuk untuk Penerimaan Siswa Baru

0
Perlu Tes Masuk untuk Penerimaan Siswa Baru

Suyanto.id–Tes masuk diperlukan dalam penerimaan siswa baru. Adanya tes masuk ini, memberi peluang kepada lembaga untuk memprediksi, jika nantinya diterima, apakah anak akan berhasil dalam studinya atau tidak. Sebab, nilai UN yang selama ini digunakan sebagai tolok ukur, sudah tidak ada lagi.

Demikian disampaikan Prof. Suyanto, Ph.D. dalam acara Webinar “Probelamatika PPDB DIY di Saat Pandemi Covid-19” yang digelar KRJogja.com, Jumat (12/6).




Pada kesempatan itu, anggota Badan Standar Nasional Pendidikan ini juga menyampaikan, mengingat kondisi di tengah pandemi Covid-19 ini, tes masuk tidak bisa dilaksanakan. Tidak mungkin sekolah mengumpulkan siswa dalam satu konsetrasi. Untuk melakukan tes online, ada permasalahan terkait akses internet yang dimiliki calon siswa.

Oleh karena itu, Prof. Suyanto setuju dengan adanya pembobotan terhadap nilai berbagai aspek seperti yang diterapkan di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini. Metode ini dipandang lebih adil. Menurutnya, tidak mungkin untuk mengandalkan nilai rapor saja, sebab nilai antara sekolah satu dengan sekolah lain walau secara kuantitatif sama, secara kualitatif berbeda.

Prof. Suyanto juga menyampaikan, ketika ada rencana penghapusan UN, daerah-daerah sudah memikirkan untuk membuat ujian berbasis daerah. Jika ini terlaksana, hasilnya bisa dijadikan sebagai acuan untuk penerimaan siswa baru. Akan tetapi, rencana itu tidak bisa terwujud akibat adanya serangan Covid-19 saat ini.

Hal yang tidak kalah pentingnya dari sistem PPDB saat ini, adanya perubahan kuota untuk siswa berprestasi. Pada sistem zonasi periode sebelumnya, kuota maksimal untuk siswa berprestasi hanya 15 persen, tahun ini menjadi 30 persen.

Adanya peningkatan kuota ini, membuka peluang lebih besar bagi siswa untuk mencapai cita-citanya. Anak kalau tidak bisa mencapai cita-cita akibat sistem yang tidak representatif terhadap kemauan dia, semangat belajarnya bisa turun. Pada beberapa kasus, anak sampai mengatakan kepada orang tua, mereka tidak mau belajar lagi karena tidak berpeluang masuk sekolah yang dicita-citakan.

Baca juga:   Model of Performance Improvement of Certified Teachers in Private Vocational Schools

Sebaliknya, anak-anak dengan prestasi rendah, bisa jadi diterima di sekolah favorit karena berada dalam zona. Hal ini juga menimbulkan masalah bagi anak sekaligus menjadi beban. Untuk penyesuaian anak, tidak mudah, perlu waktu, kultur atau cara belajar anak di rumah dengan sekolah belum tentu selaras.

Memang, di balik kebijakan zonasi ini, ada semangat untuk meratakan kualitas pendidikan sehingga tidak ada lagi istilah sekolah favorit. Sebenarnya, sekolah favorit itu memang tidak ada, masyarakatlah yang memfavoritkannya dan itu prosesnya lama sekali. Dengan pemerataan siswa model zonasi ini tidak serta-merta akan menjadikan kualitas semua sekolah baik.

Webinar berlangsung mulai pukul 3.00 WIB. Selain Prof. Suyanto, hadir juga sebagai pemateri Didik Wardaya, M.Pd., M.M. (Kabid Perencanaan dan Pengembangan Mutu Disdikpora DIY), Sofyan Setyo Darmawan, M.Eng. (Sekretaris Komisi D DPRD DIY), dan Abdurrahman, M.Pd.Si. (Kepala SMP Negeri 12 Yogyakarta). (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here