Home Gagasan Ilmiah Populer Perlunya Pendidikan Mitigasi Wabah Covid-19

Perlunya Pendidikan Mitigasi Wabah Covid-19

0
Perlunya Pendidikan Mitigasi Wabah Covid-19

Dr. Heru Nurcahyo, M.Kes.
Dosen Jurdik Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Suyanto.id–Tahun 2008, saya diundang oleh lembaga dari Jerman, namanya GTZ (Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit)–sekarang GIZ (German Corporation for International Cooperation)–sebagai pakar penyakit menular viral, yakni flu burung (avian influenza). Pada saat itu, saya diminta menjelaskan penyakit flu burung dari A sampai Z dengan audien dari para pakar pendidikan tingkat nasional di Sanur, Bali. Tugas para pakar tersebut adalah menerjemahkan informasi dari saya menjadi bahan mitigasi wabah penyakit menular viral. Pada saat itu yang diwaspadai adalah penyakit flu burung.

Lembaga tersebut ternyata menggunakan ilmu titen (memperhatikan) dan belajar dari berbagai kasus wabah penyakit yang menyerang seluruh dunia. Menurut mereka, wabah penyakit selalu terjadi secara berulang (siklik), muncul, berhenti, kemudian muncul lagi dalam bentuk lain, sehingga perlu diwaspadai dan dipersiapkan cara mengatasinya. Sebagai contoh, penyakit flu Eropa (black dead) yang sangat menular dan banyak memakan korban jiwa dan saat ini muncul wabah Covid-19.




Suatu saat nanti, akan muncul lagi wabah pandemik serupa. Oleh karena itu, perlu selalu diwaspadai dan dipersiapkan paket kurikulum mitigasi wabah pandemik untuk pendidikan guru dan anak-anak sekolah dasar dan menengah agar mereka siap menghadapi wabah pandemi.

Ketika wabah corona virus desease 19 (Covid-19) mulai muncul di Wuhan dan menjalar ke berbagai negara termasuk Indonesia, masyarakat mulai kaget (shock) dan berucap apa yang terjadi? Berita tentang wabah Covid-19 menyita perhatian seluruh lapisan masyarakat dan menimbulkan kegelisahan serta kepanikan karena penyakit ini menimbulkan banyak kematian dengan disertai penderitaan susah bernapas. Kepanikan semakin bertambah dengan beredarnya informasi-infomasi melalui berbagai media, khususnya media sosial yang terkesan tidak dapat dipercaya kebenarannya (hoax) dan simpang siur. Selain itu, banyak warga masyarakat, khususnya dari kalangan pelajar, yang tidak paham sama sekali tentang wabah ini, karena tidak mendapatkan informasi yang benar sebelumnya. Lebih parah lagi, banyak masyarakat yang merasa masa bodoh (cuek) seakan tidak terjadi apa-apa di sekitarnya. Celakanya lagi, ada beberapa pejabat di lingkungan pendidikan yang seakan tidak memahami aturan pencegahan wabah sesuai SOP dengan tetap mengharuskan guru, staf, dan siswanya masuk sekolah.

Belajar dari wabah pandemik Covid-19 tersebut, dengan mempertimbangkan besarnya dampak yang ditimbulkan, maka untuk menanggulangi dan meminimalkan dampak negatif yang terjadi di masyarakat dan dalam rangka menghambat meluasnya wabah Covid-19 perlu disusun kurikulum mitigasi bencana wabah Covid-19. Saya sebagai pemerhati dan pengamat wabah Covid-19 amatiran sebelumnya mohon maaf mengusulkan kepada para pakar pendidikan, khususnya yang ada di UNY, untuk menggagas kurikulum mitigasi wabah pandemik Covid-19 atau penyakit menular lainnya yang diperuntukkan secara nasional. Perlu disusun suatu paket kurikulum dengan maksud sebagai usaha mengedukasi masyarakat agar para guru dan siswa Sekolah Dasar dan Menengah memiliki pemahaman dan perilaku yang benar ketika menghadapi wabah. Mereka sadar dan memahami apa yang seharusnya mereka kerjakan ketika wabah terjadi, dan peran apa yang dapat mereka perbuat untuk mencegah penyebaran dan penularan wabah serta yang lebih penting agar mereka menjadi siap menghadapi wabah sehingga tidak panik ataupun stress.

Baca juga:   Social Distancing Covid-19

Banyak hal tentang materi virus Covid-19 dan kesehatan pada umumnya yang perlu disampaikan ke guru dan siswa terkait wabah pandemik sebagai materi kurikulum. Materi tersebut meliputi (1) struktur dan karakter Covid-19 sebagai penyebab penyakit, (2) mengenali gejala-gejala utama Covid-19 dan cara diagnosis menggunakan rapid test maupun yang berdasarkan pemeriksaan laboratorium, (3) usaha-usaha meredam merebaknya penularan wabah Covid-19 dengan lockdown, (4) bagaimana mendeteksi kemungkinan pembawa bibit penyakit Covid-19, (5) bagaimana usaha-usaha agar terbebas dari penularan wabah Covid-19, baik melalui transmisi interlokal atau transmisi lokal, (6) mengapa kita perlu melakukan isolasi diri di rumah dengan program Work from Home (WFH) atau kerja dari rumah (KDR), dan Learning from Home (LFH) atau Belajar dari Rumah (BDR) sesuai standar aturan WHO, (7) bagaimana menyikapi kalau sampai terjangkit Covid-19 atau menjadi pasien dalam pengawasan (PDP), (8) bagaimana mensikapi jenazah penderita Covid-19, (9) bagaimana menanamkan perilaku dan kebiasaan hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau hand sanitizer, (10) kebiasaan memakai masker selama masih terjadi wabah atau ketika sakit, serta (11) bagaimana menanamkan kesadaran apabila merasakan sakit segera pergi ke dokter untuk berobat, isolasi diri di rumah, dan tidak masuk sekolah.

Demikian sekadar ulasan dan usulan dari saya semoga dapat untuk pencerahan. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here