Home Tips Hiseri Sebelum ke Jayapura, Ayah Memberi Nasihat

Sebelum ke Jayapura, Ayah Memberi Nasihat

0
Sebelum ke Jayapura, Ayah Memberi Nasihat

Edison Kabak, S.Kep., Ners, M.Kep.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura Program Pendidikan D-III Keperawatan Wamena

Sejak tahun 1992 bapak angkat pindah tugas, saya ikut pindah ke Sekolah Dasar (SD) Inpres Yoka Pantai, Kota Madya Jayapura. Sebelum berangkat, ayah memberikan nasihat kepada saya.

Suyanto.id–Tahun 1992, bapak angkat pindah tugas dari Rumah Sakit Effatha Angguruk (RSEA) ke Kota Jayapura. Saya ditawarkan oleh bapak angkat ke kedua orang tua untuk ikut pindah sekolah. Ayah saya sangat setuju. Ayah memberi nasihat, “Anak, kamu harus setia tinggal dengan bapak angkat sampai selesai sekolah, menjadi orang, baru kembali ke kampung.”

Sebelum saya ikut bapak angkat ke Jayapura, ayah menasihati, “Anak jangan berpikir makan makanan yang enak-enak seperti makan nasi, ikan, roti, dan lain-lain saja. Di sana kamu akan makan makanan seperti di kampung, misalnya ubi, talas, pisang, keladi, singkong, dan sebagainya.”




“Di sana anak akan kerja keras, bikin kerja kebun, mencari kayu bakar untuk masak di rumah, dan lain-lain. Anak harus ikuti semua perintah bapak angkat dan mama angkat, dilarang melawan mereka. Bapak dan mama angkat menjadi orang tua buat kamu. Anak jangan terpengaruh dengan anak-anak Yali yang sekolah di Jayapura. Ayah tidak mau dengar anak keluar dari rumah bapak angkat dan tinggal dengan orang lain atau tinggal dengan anak-anak Yali yang sekolah di Jayapura.”

Ayah saya bilang, “Bapak angkat anak juga petani seperti di kampung, dia kerja keras, berkebun, mencari kayu bakar, dan lain-lain. Tetapi dia sekolah dan menjadi orang besar, orang yang behasil. Kemudian, dia dipanggil orang besar atau tuan. Jadi, anak, kamu akan kerja keras di sana dan akan melihat keadaan di Jayapura. Lalu, anak akan ingat kembali kata-kata yang ayah nasihatkan sekarang.”

Ketika dinasihati ayah, saya berpikir dalam hati saya, “Aaah… macam ayah ini pernah pergi ke Jayapura saja. Belum pernah ke Jayapura, kasih nasihat begini.” Saya tidak terima dan tidak percaya nasihat ayah. Ayah saya adalah orang kampung tidak pernah jalan-jalan ke Kota Jayapura, hidup dan tinggal di pedalaman. Bagaimana saya bisa percaya?

Akan tetapi, ternyata semua nasihat ayah nyata dalam hidup saya selama tinggal bersama bapak angkat. Hari kedua di Jayapura, saya dengan Elly Deda pergi mencari kayu bakar di pinggir Danau Sentani. Kami mencari kayu bakar atau kayu api untuk dapur dengan naik perahu. Hari-hari berikutnya, saya ikut Bapak Ade Anes Mebri, Elly Deda, Tante Rosmina Mebri. Kadang-kadang, bapak angkat sendiri yang mencari kayu bakar.

Baca juga:   Fostering Ki Hadjar Dewantara-Based Character Values Through Social Studies Learning Innovation for Primary School Students

Bersama bapak angkat, saya juga pernah ke jalan baru atau jalan arah Kampung Puay membabat rumput kebun dan membersihkan tanaman. Saya dan bapak angkat hanya babat dan membersihkan, yang tanam almarhumah, yang kami sebut waktu Nene Ondoafi istri dari almarhum Tete Ondoafi (Mesakh Mebri). Mereka menanam jagung, ubi, singkong, keladi, kacang panjang, dan lain-lain.

Sambil kerja kebun, saya mengingat kembali nasihat ayah di kampung. Setelah saya mengalami dan melalui semua kenyataan tersebut, teringat di memori, bahwa nasihat ayah sangat berharga dan bermanfaat.

Sampai hari ini, saya masih pegang nasihat tersebut, sejak di sekolah dasar (SD) sampai saya selesai studi perguruan tinggi, kemudian bekerja. Saya tidak melepasan bapak angkat (Dr. Isak JH. Tukayo) dan sekeluarganya. Sampai hari ini, saya menganggap mereka sebagai orang tua sendiri. Merekalah yang membesarkan saya, menyekolahkan saya, menikahkan saya, dan membayar mas kawin saya. Saya sangat beryukur kepada Tuhan dan ayah saya yang begitu luar biasa.

Saya hanya mau bilang buat kita semua, terutama anak-anak kampung yang akan ke kota untuk melanjutkan pendidikan atau ingin mengubah nasib, “Ketika seorang ayah, ibu, atau siapa saja orang tertua dari kita memberi nasihat, dengarkan dengan baik, simpan dan pegang baik-baik, jangan masuk telinga sebelah dan keluar telinga sebelah. Jalankanlah semuanya dengan baik, jangan buang nasihat itu dari dalam kehidupan memori kita. Kalau kita lupakan nasihat ayah, ibu, atau tertua dari kita itu, berarti kita tolak berkat nasihat yang berharga itu.”

Dalam Firman Tuhan juga dikatakan, “Hai anakku, dengarlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-yiakan ajaran ibumu sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu.” Amsal pasal 1: 8-9. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here