Home Pendidikan Stop Menjadi Orang Tua Egois

Stop Menjadi Orang Tua Egois

6
Stop Menjadi Orang Tua Egois

Barokatussolihah, S.Ag. M.S.I.
Pengawas Madrasah Kemenag Kulon Progo

Suyanto.id–Selalu memberikan yang terbaik bagi sang buah hati tentu menjadi keinginan setiap keluarga. Namun, kecenderungan bersikap egois atau posesif kadang menyertai keinginan tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), egois berarti orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Egois juga definisi untuk penganut teori egoisme. Egoisme sendiri dimaknai Wikipedia sebagai motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat.

Keberadaan orang tua membimbing dan mengasuh anak tentu tidak dibenarkan bila melupakan rasa asih dan bijaksana terhadap anaknya. Sebagai contoh, menjelang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), campur tangan orang tua memiliki peran penting. Sering kita temukan orang tua yang justru memaksakan anaknya untuk masuk di sekolah favorit tanpa mendengarkan dengan baik apa keinginan anak sesungguhnya.

Padahal, jika kita berkaca pada hasil penelitian Thomas J. Stanley, Ph.D., belajar di sekolah favorit bahkan tidak termasuk dalam 20 teratas faktor penentu kesuksesan seseorang. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa IQ hanya diurutan ke-21, bersekolah di sekolah favorit, diurutan ke-23, dan lulus dengan nilai terbaik/hampir terbaik cuma faktor sukses diurutan ke-30. Tentu kita merasa terkejut dengan hasil ini.



Sepuluh faktor yang memengaruhi kesuksesan

Masih berdasarkan penelitian Stanley, sepuluh faktor teratas yang memengaruhi kesuksesan seseorang adalah (1) jujur, (2) disiplin, (3) gaul (good interpersonal skill), (4) dukungan dari pasangan hidup, (5) bekerja lebih keras dari yang lain, (6) mencintai apa yang dikerjakan, (7) kepemimpinan yang baik dan kuat (good & strong leadership), (8) semangat dan berkepribadian kompetitif, (9) pengelolaan kehidupan yang baik (good life management), dan (10) kemampuan menjual gagasan dan produk (abilty to sell idea or product).

Baca juga:   Pageblug

Berhentilah egois

Setelah membaca hasil penelitian tersebut, masihkah orang tua memaksakan anaknya untuk masuk sekolah favorit, mengikuti beragam les, hingga sang anak tidak sempat menikmati dunia sesuai usianya? Mari menjadi orang tua bijaksana dan tidak egois.

Rangking dan prestasi akademik anak sering kali hanya dijadikan alat untuk membanggakan diri bagi orang tua, tanpa peduli betapa menderitanya anak, bagaimana karakter dan perilaku anak yang kadang ”terpaksa tertekan” memenuhi ambisi orang tua.

Anak kita ialah anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, kehadiran dan apa pun keberadaan mereka adalah baik. Jika pada pertumbuhannya atau saat dewasanya si anak berubah menjadi tidak baik, yakinlah bahwa kita para orang tua punya andil besar.

Motivator sering mengungkapkan bahwa hidup akan lebih sukses dengan bersikap optimis. Perlakukan anak secara manusiawi karena ia juga punya hati yang perasa seperti hati kita orang dewasa. Ia juga punya pikiran yang tidak kalah dengan pemikiran orang dewasa. (*)

6 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here